Rabu, 04 Januari 2012

APLICATION OF CHITOSAN FOR WATER QUALITY AND MACROBENTHIC FAUNA REHABILITATION IN VANNAMEI SHRIMPS (LITOPENAEUS VANNAMEI) PONDS, NORTH COAST OF SEMARANG, CENTRAL JAVA - INDONESIA


Chitosan dikenal luas sebagai bahan pengawet makanan alami, seperti mie, boladaging, kedelai-tahu, berbagai sayuran segar, buah-buahan, produk daging dan ikan, dll.Chitosan adalah zat non-toksik, tidak memiliki efek samping sebagai makanan manusia dan dibuat dari kulit udang (Penaeidae), atau kepiting (Portunus pelagicus).
 Zat ini telah diperiksa di Lab Produk Alam, Universitas Diponegoro dan memberikan efek yang signifikan sebagai bakteriostatik dan bactericides untuk bakteri patogen seperti Salmonela.sp;
Pseudomonas, E.coli, B.subtilis, S.aureus, P.aeruginosa. Dalam studi tersebut, cairan kitosan (200 ppm) digunakan sebagai anti-bakteri patogen di kolam air payau sehingga dapat menghilangkan dan mengontrol bakteri atau wabah virus yang sejauh ini adalah masalah utama dalam ikan dan udangkegiatan budidaya.
 Penggunaan chitosan dalam kolam air payau dilakukan pada semi-tradisional Mangkang Kulon kolam di pesisir Semarang utara. Percobaan telah secara signifikan mengurangi padat tersuspensi atau meningkatkan transparansi, dan konten organik (5%) dari susbtrat bawah. Meningkatkan kelimpahan organisme makrobentik penting seperti Polychaeta (7-lipat) sebagai pakan alami penting bagi ikan budidaya dan udang serta meningkatkan indeks keragaman dari total makro-organismebentik.
 Penurunan pertumbuhan vektor penyakit bentik organisme seperti Cherithidae (gastropoda) sebesar 24,5%.Dengan penerapan chitosan telah secara signifikan mencegah wabah penyakit ikan dan udang dan meningkat hingga 80%.tingkat kelangsungan hidup Vanamae, serta Penaeus monodon udang windu, danpolkadot kerapu (Cromileptes, sp) juga meningkat di aplikasi lapangan lain.


selengkapnya bisa dilihat di sini